Kaltim Alami Penurunan Produksi, Muhammad Samsun Tawarkan Solusi Ini Demi Sambut IKN

Wakil Ketua DPRD Kaltim Muhammad Samsun saat lakukan reses di dapilnya (dok: pribadi)
Wakil Ketua DPRD Kaltim Muhammad Samsun saat lakukan reses di dapilnya (dok: pribadi)

KATASATUKALTIM – Kalimantan Timur (Kaltim) beberapa tahun terakhir mengalami penurunan yang sangat signifikan dalam produksi pangan khususnya beras.

Berdasarkan rilis Databoks, poduksi beras menurut hasil dari 10 kabupaten/kota di Benua Etam pertahun 2020 berjumlah 151. 863,46 ton.

Bacaan Lainnya

Pada tahun 2021 turun di angka 142.321,38 ton. Sementara, pada tahun 2022 kembali menurun di angka 139. 266,10 ton.

Fakta tersebut membuat Wakil Ketua DPRD Kaltim melayangkan komentarnya. Kata Muhammad Samsun, Kaltim merupakan wilayah dengan lumbung pangan yang membentang luas, akan tetapi produksi beras mayoritas hanya Kutai Kartanegara dan Penajam.

“Hampir semua wilayah Kaltim punya potensi untuk kita kembangkan wilayah pertaniannya. Hanya saja yang eksis hari ini kita bisa lihat untuk sektor tanaman misalnya padi begitu, untuk memproduksi beras masih dari Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara,” jelas Samsun, Kamis (25/10)

“Nah sedangkan daerah-daerah lain sangat prospek sekali untuk kita kembangkan baik itu holtikultura, sayur-sayuran, buah-buahan, dan industri makanan yang lain,” tambahnya.

Lebih jauh Samsun juga menyinggung optimalisasi pemanfaatan sumber daya laut untuk peningkatan dan pertumbuhan ekonomi. Karena menurutnya, semua produksi bahan primer akan habis berapapun hasil produksinya.

“Kemudian juga untuk ekonomi biru dalam hal ini hasil kelautan kita. Wilayah pesisir kita sangat panjang sekali dan kita boleh juga mengambil hasil laut di wilayah seputar Kaltim. Nah tinggal kita meningkatkan produksinya saja,” jelas Samsun.

Belum lagi di masa mendatang Kaltim akan dikagetkan dengan pesatnya jumlah penduduk yang masuk ke Ibu Kota Negara.

“Jadi berapapun kita produksi hasil makanan kita insya Allah pasti akan terserap oleh pasar, begitu,” pungkasnya.

Diketahui secara global, ketahanan pangan Indonesia pada 2022 berada di urutan ke 69 dari 113 negara. Menurut Global Food Security Index (GFSI), indeks ketahanan pangan Indonesia pada tahun itu berada di level 60,2, lebih tinggi ketimbang periode 2020-2021.

Namun, ketahanan pangan Indonesia tahun kemarin masih di bawah rata-rata global yang indeksnya 62,2, serta lebih rendah dibanding rata-rata Asia Pasifik yang indeksnya 63,4. (Adv)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *