Gelar PUSPAGA, Dinas P3AKB Dorong Pembentukan Kualitas Generasi Melalui Rekonstruksi DNA

Kepala DP3AKB, Eddy Foreswanto ( dok: koranseruya)

KALTIMKATASATU – Edukasi masyarakat tentang pencegahan Pernikahan Anak Usia Dini, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Bontang Menggelar Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA), di Balai Pertemuan Kelurahan Tanjung Laut Indah, Selasa (3/9/2024) pagi.

Dalam sambutannya, Kepala DP3AKB, Eddy Foreswanto mengatakan membentuk sebuah generasi harus dimulai dari keluarga, oleh karena itu, sangat penting untuk mematangkan diri, membekali diri dengan ilmu sebelum membangun keluarga.

Bacaan Lainnya

“Pentingnya persiapan dalam membangun keluarga. Membangun generasi dengan melihat ilmu baru dari genom yang dimiliki manusia,” kata Eddy menjelang agenda sosialisasi dimulai.

Eva Dipanti, pemateri dalam kegiatan tersebut menyambut pernyataan Eddy, kata Eva, pembentukan pola pikir yang baik adalah kunci dari SDM yang berkualitas, Jika SDM berkualitas, Negara akan maju.

“Sebuah negara itu kan terbentuk dari SDM, SDM itu dari pola pikir. Nah, pola pikir yang mau kita bangun disini bagaimana merekonstruksi gen atau genom yang ada di dalam tubuh kita, dalam sel kita,” lanjutnya.

Eva mengatakan langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan merekonstruksi gen, yakni mencocokkan jenis golongan darah sebelum menentukan untuk menikah.

“Dengan kita mengetahui golongan darah, setiap darah itu yang membawa rekonstruksi tersebut. Itu penting, karena orang menikah itu selalu mikir enaknya. Tapi setelah menikah tau tau ambyar,” terangnya.

Lebih jauh, Eva mengatakan masyarakat yang sejak awal teredukasi dengan baik diharapkan dapat lebih sadar dan bijak dalam merespons tantangan-tantangan dalam pernikahan. Baik sebagai pasangan suami isteri maupun sebagai orang tua. Alhasil, tidak ada trauma dan luka batin yang diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus.

“Ambyar itu ternyata tidak hanya ambyar sama satu keluarga, ternyata itu akan menurun. Jadi itu seperti mata rantai yang tidak akan terputus kalau tidak ada rekonstruksi, tidak ada pola pikir yang baru,” pungkas Terapis Golongan Darah itu. (Adv)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *